- Back to Home »
- Artikel »
- Auguste Comte Vs Ibnu Khaldun
Posted by : Unknown
Minggu, 28 September 2014
AUGUSTE COMTE
Riwayat Hidup
August Comte (1798-1857) lahir di Montpellier, Perancis, 17
Januari 1798 – meninggal di Paris, Perancis, 5 September 1857 pada
umur 59 tahun. Intelektual yang memiliki nama asli Isidore Marie
Auguste François Xavier Comte ini dalam dunia pendidikan dikenal sebagai
Bapak Sosiologi, selain itu dia dikenal juga sebagai orang pertama yang
mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu sosial. Khazanah pemikirannya telah
menjadi cakrawala baru bagi dunia dalam memandang sosiologi.
Dalam pemikirannya mengenai diskursus
keagamaan, ia melihat sebuah perbedaan yang mencolok antara agama Katolik yang
ia anut dengan pemikiran keluarga monarki yang berkuasa sehingga ia terpaksa
meninggalkan Paris. Hal-hal yang sebenarnya menarik perhatiannya bukanlah yang
berbau matematika tetapi masalah-masalah sosial dan kemanusiaan. Berangkat dari
hal inilah yang kemudian pada bulan Agustus 1817 Comte bersedia menjadi murid
sekaligus sekertaris dari Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, yang
kemudian membawa Comte masuk ke dalam lingkungan intelek. Pada tahun 1824,
Comte meninggalkan Saint-Simon karena lagi-lagi ia merasa ada ketidakcocokan
dalam hubungannya.
Saat itu, Comte mengetahui apa yang ia harus
lakukan selanjutnya dia mulai meneliti tentang filosofi positivisme. Rencananya
ini kemudian dipublikasikan dengan nama Plan de travaux scientifiques
nécessaires pour réorganiser la société (1822) (Indonesia: Rencana studi ilmiah
untuk pengaturan kembali masyarakat). Tetapi ia gagal mendapatkan posisi
akademis sehingga menghambat penelitiannya. Kehidupan dan penelitiannya
kemudian mulai bergantung pada sponsor dan bantuan finansial dari beberapa
temannya.
Kehidupan terus bergulir Comte mulai melalui
kehidupannya dengan menjadi dosen penguji, pembimbing dan mengajar mahasiswa
secara privat. Walaupun begitu, penghasilannya tetap tidak mecukupi
kebutuhannya dan mengenai karya awal yang dikerjakannya mandek. Mengalami fluktuasi
dalam penyelesainnya dikarenakan intensitas Comte dalam pengerjaannya berkurang
drastis.
Comte dalam kegelisahannya yang baru mencapai
titik rawan makin merasa tertekan dan hal tersebut menjadikan psikologisnya
terganggu, dengan sifat dasarnya adalah , seorang pemberontak akibatnya Comte
mengalami gejala paranoid yang hebat. Keadaan itu menambah mengembangnya sikap
pemberang yang telah ada, tidak jarang pula perdebatan yang dimulai Comte
mengenai apapun diakhiri dengan perkelahian.
Kegilaan atau kerajingan yang diderita Comte
membuat Comte menjadi nekat dan sempat menceburkan dirinya ke sungai. Datanglah
penyelamat kehidupan Comte yang bernama Caroline Massin, seorang pekerja seks
yang sempat dinikahi oleh Comte ditahun 1825. Caroline dengan tanpa pamrih
merawat Comte seperti bayi, bukan hanya terbebani secara material saja
tetapi juga beban emosional dalam merawat Comte karena tidak ada perubahan
perlakuan dari Comte untuk Caroline dan hal tersebut mengakibatkan Caroline
memutuskan pergi meninggalkan Comte. Comte kembali dalam kegilaannya lagi dan
sengsara.
Comte menganggap pernikahannya dengan
Caroline merupakan kesalahan terbesar, berlanjutnya kehidupan Comte yang mulai
memiliki kestabilan emosi ditahun 1830 tulisannya mengenai “Filsafat Positiv”
(Cours de Philosophie Positiv) terbit sebagai jilid pertama, terbitan jilid
yang lainnya bertebaran hingga tahun 1842.
Lalu Comte bertemu dengan Clotilde de
Vaux, Comte sangat mencintainya, namun Clotilde hanya menganggap hubungan itu
biasa saja. Tak lama Clotilde wafat karena terserang TBC. Setelah Clotilde
wafat, kehidupan Comte kembali terguncang, dia bersumpah untuk membaktikan
hidupnya untukmengenang Clotilde. Tak lama setelahnya, Comte, yang merasa
dirinya adalah seorang penemu sekaligus seorang nabi dari “agama
kemanusiaan” (religion of humanity), menerbitkan bukunya yang
berjudul System of Positive Politics (1851 - 1854).
Dalam buku System of Positive Politics,
sifat tulisan Comte umumnya berubah secara menyolok setelah menjalin kasih
dengan Clotilde, buku ini menjadi sebuah bentuk perayaan atas cinta. Karena
dimaksudkan untuk mengenang Clotilde, buku ini didasarkan pada gagasan bahwa
kekuatan yang sebenarnya mendorong orang dalam kehidupannya adalah perasaan,
bukan pertumbuhan intelegensia. Agama humanis Comte merupakan satu gagasan
utopis untuk mereorganisasi masyarakat secara sempurna.sosiologi akan menjadi
ratu ilmu pengetahuan, hal itu memungkinkan satu penjelasan tentang kemajuan
pengetahuan manusia secara komperhensif dan mengenai hukum – hukum keteraturan
dan kemajuan sosial. Hal itu mendorong suatu sistem moral yang merangkul
semuanya, yang akan mempersatukan semua orang dalam penyembahan terhadap
humanis dan menjamin keteraturan sosial yang perlu untuk kemajuan selanjutnya.
Comte bersama ahli-ahli bidang lainnya yang
sepakat dengan pemikirannya menjadi perangkat institusi keagamaan yang
dibuatnya dan mulai mensosialisasikan kepada kalangan elit-elit politik, Comte
mengarang buku kembali dan diberikan judul Positivist Catechism dan Appeal to Conservatives.
Comte dengan konsistensinya mensosialisasikan agama humanitas-nya dan hukum
tiga tahap yang memaparkan perkembangan kebudayaan manusia hingga akhir
hayatnya, Comte meninggal di Paris pada tanggal 5 September 1857.
Pemikiran-Pemikiran
August Comte
Pada abad ke 19, Prancis mengalami perubahan
sosial yang signifikan setelah pecahnya revolusi Prancis. Comte mengemukakan
kekhawatirannya terhadap gejala sosial yang terjadi. Perubahan mendasar dari
revolusi Prancis adalah munculnya demokrasi di Prancis, namun selain perubahan
positif ini revolusi juga mendatangkan konflik antar kelas di dalam masyarakat.
Dilatarbelakangi peristiwa inilah ia membayangkan suatu ilmu yang berdiri
sendiri dan penelitian tersebut harus berdasarkan pada metode – metode ilmiah.
Saat itu Comte membayangkan suatu penemuan hukum – hukum fisik yang dapat
mengatur gejala – gejala sosial. Comte kemudian menamakan ilmu ini sosiologi.
Dalam pemikirannya Comte lebih memusatkan perhatiannya pada tingkat kultural
kenyataan sosial, ia percaya bahwa pola pikir suatu masyarakat sejalan dengan
tingkat intelektualnya. Comte memahami bahwa begitu intelektualkita
bertambah,maka masyarakat itu akan maju.
Comte bukan hanya melakukan
penelitian-penelitian atas penjelasan-penjelasan yang perlu dirombak karena
tidak sesuai dengan kaidah keilmiahan Comte tetapi layaknya filsuf lainnya,
Comte selalu melakukan kontemplasi juga guna mendapatkan
argumentasi-argumentasi yang menurutnya ilmiah. Dan, dari sini Comte mulai
mengeluarkan agitasinya tentang ilmu pengetahuan positiv pada saat berdiskusi
dengan kaum intelektual lainnya sekaligus
Asumsi-asumsi ilmu pengetahuan positiv itu
sendiri, antara lain : Pertama, ilmu pengetahuan harus bersifat obyektif (bebas
nilai dan netral) seorang ilmuwan tidak boleh dipengaruhi oleh emosionalitasnya
dalam melakukan observasi terhadap obyek yang sedang diteliti. Kedua, ilmu
pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali. Ketiga, ilmu
pengetahuan menyoroti tentang fenomena atau kejadian alam dari mutualisma
simbiosis dan antar relasinya dengan fenomena yang lain.
Bentangan aktualisasi dari pemikiran Comte,
adalah dikeluarkannya pemikirannya mengenai “hukum tiga tahap” atau dikenal
juga dengan “hukum tiga stadia”. Hukum tiga tahap ini menceritakan perihal
sejarah manusia dan pemikirannya sebagai analisa dari observasi-observasi yang
dilakukan oleh Comte.
Versi Comte tentang perkembangan manusia dan
pemikirannya, berawal pada tahapan teologis dimana studi kasusnya pada
masyarakat primitif yang masih hidupnya menjadi obyek bagi alam, belum
memiliki hasrat atau mental untuk menguasai (pengelola) alam atau dapat
dikatakan belum menjadi subyek. Fetitisme dan animisme merupakan keyakinan awal
yang membentuk pola pikir manusia lalu beranjak kepada politeisme, manusia
menganggap ada roh-roh dalam setiap benda pengatur kehidupan dan dewa-dewa yang
mengatur kehendak manusia dalam tiap aktivitasnya dikeseharian. Contoh yang
lebih konkritnya, yaitu dewa Thor saat membenturkan godamnyalah yang membuat
guntur terlihat atau dewi Sri adalah dewi kesuburan yang menetap ditiap sawah.
Beralih pada pemikiran selanjutnya, yaitu tahap metafisika atau nama lainnya
tahap transisi dari buah pikir Comte karena tahapan ini menurut Comte hanya
modifikasi dari tahapan sebelumnya. Penekanannya pada tahap ini, yaitu
monoteisme yang dapat menerangkan gejala-gejala alam dengan jawaban-jawaban
yang spekulatif, bukan dari analisa empirik. “Ini hari sialku, memang sudah
takdir !”, “penyakit AIDS adalah penyakit kutukan!”, dan lain sebagainya,
merupakan contoh dari metafisika yang masih ditemukan setiap hari. Tahap
positiv, adalah tahapan yang terakhir dari pemikiran manusia dan
perkembangannya, pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal budi
berdasarkan hukum-hukumnya yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan atas cara
empiris. Penerangan ini menghasilkan pengetahuan yang instrumental, contohnya,
adalah bilamana kita memperhatikan kuburan manusia yang sudah mati pada malam
hari selalu mengeluarkan asap (kabut), dan ini karena adanya perpaduan antara
hawa dingin malam hari dengan nitrogen dari kandungan tanah dan serangga yang
melakukan aktivitas kimiawi menguraikan sulfur pada tulang belulang manusia,
akhirnya menghasilkan panas lalu mengeluarkan asap.
Auguste Comte adalah, manusia yang berjalan
di tengah-tengah antara ideologi yang berkembang ( progressiv vs konservatif ),
berada pada ruang abu-abu ( keilmiahan ilmu pengetahuan ). Comte memberikan
sumbangsih cukup besar untuk manusia walaupun, ilmu pengetahuan yang dibangun
merupakan ide generatif dan ide produktifnya. Comte turut mengembangkan
kebudayaan dan menuliskan : “Sebagai anak kita menjadi seorang teolog,
sebagai remaja kita menjadi ahli metafisika dan sebagai manusia dewasa kita
menjadi ahli ilmu alam”.
IBNU KHALDUN
Ibn
Khaldun, seorang filsuf
sejarah yang berbakat dan cendekiawan terbesar pada zamannya, salah seorang
pemikir terkermuka yang pemah dilahirkan. Sebelum Khaldun, sejarah hanya
berkisar pada pencatatan sederhana dari kejadian-kejadian tanpa ada pembedaan
antara yang fakta dan hasil rekaan. Sebagai pendiri ilmu pengetahuan sosiologi,
lbn Khaldun secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai
ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang
nyata. Seorang kritikus Barat terkemuka mengatakan, "Tak ada satu pun
dalam perbendaharaan sastra Kristen dari masa Abad Pertengahan yang pantas
disejajarkan dengan sejarahnya lbn Khaldun dan tak satu pun sejarawan Kristen
yang menulis sebuah versi dengan begitu gamblang dan tepat mengenai negara
Islam."
Nenek
moyang lbn Khaldun mungkin berasal dari golongan Arab Yaman di
Hadramaut, tapi ia dilahirkan di Tunis pada tanggal 27 Mei 1332 M. Di situlah
keluarganya menetap setelah pindah dari Spanyol Moor. Khaldun memiliki karier
bermacam-macam pada masa mudanya. Secara aktif dia ambil bagian dalam kancah
politik yang penuh intrik di kerajaan-kerajaan kecil di Afrika Utara. Secara
bergantian dialaminya masa-masa menyenangkan atau pun celaka karena ulah
penguasa, dan ada saat-saat di mana terpaksa ia bersembunyi di Granada yang
jauh. Semangat revolusionernya tumbuh karena kemuakan akan politik yang kotor
pada masa-masa itu sehingga membuatnya mundur sebentar selama kurang lebih
empat tahun di pinggiran Kota Tunis. Di tempat itu ia menyelesaikan Muqaddimah,
tahun 1377 M. Kemudian pindah ke Tunis untuk menyelesaikan karyanya yang
monumental, Kitab al-l'bar (Sejarah Dunia), dengan perolehan bahan-bahan dari
perpustakaan kerajaan. Setelah menjalani hidup penuh petualangan di Afrika
Utara, pemikir besar ini kemudian berlayar ke negeri Mesir tahun 1382 M.
Sebelum
ia menginjakkan kaki di tanah Mesir, ternyata karyanya sudah sampai terlebih dahulu
di sana, karenanya ia disambut meriah oleh kalangan sastrawan di Kairo. Tidak
lama kemudian, datang undangan untuk berceramah di Masjid al-Azhar yang
tersohor itu, lalu diterima oleh Raja Mesir dan mengangkatnya sebagai Hakim
Maliki. Tapi jabatan ini menimbulkan intrik dan persaingan di Istana sehingga
terpaksa dilepaskan. Namun Raja mengangkatnya lagi sampai enam kali, meskipun setiap
kali ia harus tergeser.
Di negerinya yang baru itu lbn Khaldun memperoleh kesempatan untuk bertemu
dengan Tamerlane (Tmiurlenk) setelah Syria diserbu dan diadakan perjanjian
perdamaian dengan Raja Mesir. Timurlenk terkesan sekali akan kepandaian dari
kefasihan lbn Khaldun, tokoh yang naeninggal tahun 1406 M. lbn Khaldun
telah memperoleh tempat tersendiri di antara para ahli filsafat sejarah.
Sebelum dia, sejarah hanyalah sekadar deretan peristiwa yang dicatat secara
kasar tanpa membedakan mana yang fakta dan mana pula yang bukan fakta. lbn
Khaldun sangat menonjol di antara sejarawan lainnya, karena memperlakukan
sejarah sebagai ilmu, tidak hanya sebagai dongeng. Dia menulis sejarah dengan
metodenya yang baru untuk menerangkan, memberi alasan, dan mengembangkannya
sebagai sebuah filsafat sosial. Ketika menerangkan tentang seni menulis
sejarah, lbn Khaldun berkata dalam bukunya Muqaddimah, "Hanya dengan
penelitian yang saksama dan penerapan yang terjaga baik kita bisa menemukan
kebenaran serta menjaga diri kita sendiri dari kekhilafan dan kesalahan.
Kenyataannya, jikalau kita hanya ingin memuaskan diri kita dengan membuat
reproduksi dari catatan yang diwariskan melalui adat isdadat atau tradisi tanpa
mempertimbangkan aturan-aturan yang muncul karena pengalaman, prinsip-prinsip
yang mendasar dari seni memerintah, alam, kejadian-kejadian, dan budaya di
suatu tempat atau pun hal-hal yang membentuk ciri masyarakat: jikalau kita
tidak mau menimbang berbagai peristiwa yang terjadi jauh di masa lalu dengan
perisdwa-peristiwa yang terjadi di depan mata kita; jikalau kita tidak mau
membandingkan yang lalu dengan saat ini, maka akan sulit bagi kita untuk bisa
menghindari kesalahan dan tersesat dari jalan kebenaran."
Sebagai
pelopor sosiologi, sejarah filsafat, dan ekonomi politik, karya-karyanya
memiliki keaslian (keorisinilan) yang menakjubkan. "Kitab al-l'bar"
termasuk al-Taarif adalah buku sejarahnya yang monumental, berisi Muqaddimah
serta otobiografinya. Bukunya dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertamanya
terkenal dengan sebutan Mukaddimah. Bagian ini membicarakan perihal masyarakat,
asal-usulnya, kedaulatan, lahirnya kota-kota dan desa-desa, perdagangan, cara
orang mencari nafkah, dan ilmu pengetahuan. Bagian ini merupakan bagian yang
terbaik dari bukunya di mana si penulis sampai pada puncak kreativitasnya,
meninjau subyek-subyek yang berbeda seperti ekonomi politik, sosiologi dan
sejarah secara orisinil dan memikat. Beberapa hal yang dibicarakan dalam
Muqadimah juga dibicarakan oleh pendahulu-pendahulunya. Akan tetapi lbn Khaldun
membicarakannya dengan bentuk-bentuk yang lebih logis buat teori-teorinya.
Pernyataan
Farabi mengenai asal-usul kota dan desa-desa hanya merupakan teori belaka,
sedangkan lbn Khaldun melihatnya dari sudut pandangan sosial. Menurut lbn
Khaldun, ilmu pengetahuan al-Umran atau sosiologi tidak pernah ada sebelumnya.
Sosiologi hanya dibicarakan secara tidak mendalam dalam "Politik
"-nya Aristoteles. Tulisan yang menarik dalam Mukadimah adalah teori
tentang al-Asabiyah yang membicarakan perihal keningratan serta pengaruh-pengaruh
garis keturunan di antara suku-suku nomad (pengembara).
Bagian
ketiga, membicarakan negara dan kedaulatan serta merupakan isi terbaik dari
buku ini. Dalam bagian ini si pengarang mengemukakan teori-teori politiknya
yang maju, yang mempengaruhi karya-karya para pemikir politik terkemuka
sesudahnya, seperti Machiavelli dan Vico. Karya Machiavelli, Pangeran, yang
ditulis ketika masa pergolakan di Italia, seratus tahun kemudian, mirip sekali
dengan Mukadimah. Dan mungkin sekali penulis Italia tersebut telah meminjam
beberapa gagasan dari buku lbn Khaldun. Prof. Gumplowicz mengatakan, "Pada
tingkat apa pun, prioritas haruslah diberikan pada ahli sosiologi Arab ini,
yakni, yang berkenaan dengan pikiran yang diketengahkan Machiavelli kepada
penguasa-penguasa dalam bukunya Pangeran, seratus tahun kemudian. Colosia
berkata, "Jikalau orang Florence ini memberikan instruksi kepada kita
mengenai seni memerintah rakyat, dia melakukannya sebagai seorang politikus
yang berpandangan jauh. Tetapi orang Tunisia itu (lbn Khaldun) mampu menembus
ke dalam fenomena sosial sebagai filsuf dan ahli ekonomi yang dalam ilmunya.
Inilah sebuah fakta yang mendorong kita untuk melihat karya-karyanya sebagai
seni, yang berpandangan jauh dan kritis, sesuatu yang sama sekali tidak pernah
dikenal pada masa hidupnya itu."Kesukaan lbn Khaldun untuk selalu
mengadakan penyelidikan itu diimbangi dengan bakatnya yang luar biasa. la
menyimpulkan perihal "kualitas seorang penguasa" dengan kata-kata
sebagai berikut, "Penguasa itu ada untuk kebaikan rakyatnya. Kebutuhan
akan adanya penguasa itu timbul dari kenyataan bahwa manusia haruslah hidup
bersama, dan tanpa seorang yang menjaga ketertiban, maka masyarakat akan pecah
berantakan."
Bagian
kedua Kitab-al-l'bar, terdiri dari empat jilid, yakni yang kedua, ketiga,
keempat, dan kelima, membicarakan sejarah bangsa Arab dan orang-orang Muslim
lainnya dan juga dinasti-dinasti pada masa itu, termasuk dinasti-dinasti Syria,
Persia, Seljuk, Turki, Yahudi, Yunani, Romawi, dan Prancis. Karya sejarahnya
yang sebenarnya mulai dari jilid kedua, yang membicarakan orang-orang Yahudi,
Yunani, Romawi, dan Persia pada masa pra-lslam. Kedatangan Islam, kehidupan
Nabi dan sejarah Khalifah ar-Rasyidun ditulis pada suplemen khusus jilid kedua.
Jilid ketiga membahas secara mendetail kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah. Yang
keempat berisi sejarah kaum Fadmiyah di Mesir dan orang-orang Moor di Spanyol
sampai pada masa kekuasaan Seljuk, Perang Sabil, dan sejarah dinasti Mamluk di
Mesir sampai pada akhir abad ke-8 Hijriyah. Sumber-sumber yang dipakai dalarn
jilid ini mungkin bisa dilacak sampai pada karya-karya sejarah lbn Hasham,
Mas'udi, dan Tabari.
Bagian ketiga Kitab-al-1'bar, terdiri dari dua jilid, yakni yang keenam dan
ketujuh, dengan jelas membicarakan sejarah bangsa Barbar dan suku-suku
tetangganya, serta berisi pula otobiografi si pengarang yang dinamakan
Al-Taafi. Sejarah kaum Barbar menggambarkan secara terinci asal-usul mereka,
kebesaran, kerajaan dan dinasti-dinasti di Afrika Utara. Dengan bekal
pengetahuan yang diperoleh dari tangan pertama mengenai daerah tersebut serta
penduduknya, si pengarang telah berhasil membicarakan pokok-pokok telaahnya itu
dengan begitu hebat. Pembicaraannya sangat tepat dan faktual. lbn Khaldun telah
memperkcil kehebatan prestasi orang Arab, baik dalam wilayah taklukannya maupun
dalam ilmu pengetahuan. Di pihak lain dia besarkan "mutu" orang
Barbar. Bagian keenam, merupakan bagian terbesar dari jilid yang ketujuh, membicarakan
sejarah kaum Barbar.
Kitab-al-l'bar
ditutup dengan beberapa bab mengenai kehidupan si pengarang dan dikenal dengan
nama al-Taarfi (otobiografi. Riwayat hidup ini dimulai dengan kelahirannya dan
diteruskan sampai tahun 797 Hijriyah). Ada kutipan lain dari al-Taarfi yang
tersimpan baik di Mesir. Kutipan ini menceritakan kejadian-kejadian dalam
hidupnya sampai beberapa bulan sebelum ajalnya tiba. lbn Khaldun telah
menerapkan suatu metode yang lebih ilmiah dalam penyusunan otobiografi,
terpisah dalam bab-bab tapi saling berhubungan satu sama lain.
Sebelum
dia, otobiografi biasanya ditulis dalam bentuk buku harian berisi
peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya satu sama lainnya. lbn Khaldun
adalah yang pertama kali menulis otobiografi yang panjang tetapi sistematik.
Para pendahulunya, seperti al-Khatib dan al-Suyuti menulis otobiografinya
secara pendek, bersifat formal dan hambar. Sedang milik lbn Khaldun merupakan
sebuah pengakuan jujur mengenai perbuatan-perbuatan maupun kesalahan-kesalahan
dari sebuah pribadi yang dinamik, yang diketengahkan dengan bahasa yang amat
menarik. Si pengarang telah menggambarkan kariernya dengan keterusterangan yang
istimewa dan penuh kebebasan. Inilah yang menyebabkan mengapa otobiografinya
menjadi karya paling menarik serta mengesankan. Kekhilafan moral bukanlah hal
yang luar biasa dalam pribadi-pribadi yang besar, dan karena itu, jika dilihat
prestasi mereka, secara keseluruhan tidaklah berarti. Al-Taarif mungkin bisa
dengan leluasa dibandingkan dengan otobiografinya Benvenutti Cellini, seniman
Italia terkernuka. Keduanya sama-sama terbuka.
Baru
pada abad ke-19, setelah buku-bukunya diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa
Eropa, baru memberi kemungkinan kepada orang Barat untuk mengakui kebesaran
sejarawan ini dan menghargai orisinalitas pikiran-pikirannya. Dr. Boer
menulis,"lbn Khaldun, tak pelak lagi, adalah orang pertama yang mencoba
menerangkan dengan lengkap evolusi dan kemajuan suatu kemasyarakatan, dengan
alasan adanya sebab-sebab dan faktor-faktor tertentu, iklim, alat produksi, dan
lain sebagainya, serta akibat-akibatnya pada pembentukan cara berpikir
manusianya dan pembentukan masyarakatnya. Dalam derap majunya peradaban, dia
mendapatkan keharmonisan yang terorganisasikan dalam dirinya sendiri."
Dengan
demikian, Barat yang di-"buka" sangatlah berutang budi pada orang
Tunisia yang cendekia ini, karena bimbingan yang diberikannya dalam bidang
sosiologi itu. Juga ekonomi serta sejarah telah membuka jalan bagi perkembangan
berikutnya dari ilmu-ilmu tersebut.