Popular Post

Posted by : Unknown Minggu, 28 September 2014


 AUGUSTE COMTE

Riwayat Hidup

 August Comte (1798-1857) lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari 1798 – meninggal di Paris, Perancis, 5 September 1857 pada umur 59 tahun.  Intelektual yang memiliki nama asli Isidore Marie Auguste François Xavier Comte ini dalam dunia pendidikan dikenal sebagai Bapak Sosiologi, selain itu dia dikenal juga sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu sosial. Khazanah pemikirannya telah menjadi cakrawala baru bagi dunia dalam memandang sosiologi.
Dalam pemikirannya mengenai diskursus keagamaan, ia melihat sebuah perbedaan yang mencolok antara agama Katolik yang ia anut dengan pemikiran keluarga monarki yang berkuasa sehingga ia terpaksa meninggalkan Paris. Hal-hal yang sebenarnya menarik perhatiannya bukanlah yang berbau matematika tetapi masalah-masalah sosial dan kemanusiaan. Berangkat dari hal inilah yang kemudian pada bulan Agustus 1817  Comte bersedia menjadi murid sekaligus sekertaris dari Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, yang kemudian membawa Comte masuk ke dalam lingkungan intelek. Pada tahun 1824, Comte meninggalkan Saint-Simon karena lagi-lagi ia merasa ada ketidakcocokan dalam hubungannya.
Saat itu, Comte mengetahui apa yang ia harus lakukan selanjutnya dia mulai meneliti tentang filosofi positivisme. Rencananya ini kemudian dipublikasikan dengan nama Plan de travaux scientifiques nécessaires pour réorganiser la société (1822) (Indonesia: Rencana studi ilmiah untuk pengaturan kembali masyarakat). Tetapi ia gagal mendapatkan posisi akademis sehingga menghambat penelitiannya. Kehidupan dan penelitiannya kemudian mulai bergantung pada sponsor dan bantuan finansial dari beberapa temannya.
Kehidupan terus bergulir Comte mulai melalui kehidupannya dengan menjadi dosen penguji, pembimbing dan mengajar mahasiswa secara privat. Walaupun begitu, penghasilannya tetap tidak mecukupi kebutuhannya dan mengenai karya awal yang dikerjakannya mandek. Mengalami fluktuasi dalam penyelesainnya dikarenakan intensitas Comte dalam pengerjaannya berkurang drastis.
Comte dalam kegelisahannya yang baru mencapai titik rawan makin merasa tertekan dan hal tersebut menjadikan psikologisnya terganggu, dengan sifat dasarnya adalah , seorang pemberontak akibatnya Comte mengalami gejala paranoid yang hebat. Keadaan itu menambah mengembangnya sikap pemberang yang telah ada, tidak jarang pula perdebatan yang dimulai Comte mengenai apapun diakhiri dengan perkelahian.
Kegilaan atau kerajingan yang diderita Comte membuat Comte menjadi nekat dan sempat menceburkan dirinya ke sungai. Datanglah penyelamat kehidupan Comte yang bernama Caroline Massin, seorang pekerja seks yang sempat dinikahi oleh Comte ditahun 1825. Caroline dengan tanpa pamrih merawat Comte seperti bayi, bukan hanya terbebani secara material saja  tetapi juga beban emosional dalam merawat Comte karena tidak ada perubahan perlakuan dari Comte untuk Caroline dan hal tersebut mengakibatkan Caroline memutuskan pergi meninggalkan Comte. Comte kembali dalam kegilaannya lagi dan sengsara.
Comte menganggap pernikahannya dengan Caroline merupakan kesalahan terbesar, berlanjutnya kehidupan Comte yang mulai memiliki kestabilan emosi ditahun 1830 tulisannya mengenai “Filsafat Positiv” (Cours de Philosophie Positiv) terbit sebagai jilid pertama, terbitan jilid yang lainnya bertebaran hingga tahun 1842.
Lalu Comte bertemu dengan Clotilde de Vaux, Comte sangat mencintainya, namun Clotilde hanya menganggap hubungan itu biasa saja. Tak lama Clotilde wafat karena terserang TBC. Setelah Clotilde wafat, kehidupan Comte kembali terguncang, dia bersumpah untuk membaktikan hidupnya untukmengenang Clotilde. Tak lama setelahnya, Comte, yang merasa dirinya adalah seorang penemu sekaligus seorang nabi dari “agama kemanusiaan” (religion of humanity), menerbitkan bukunya yang berjudul System of Positive Politics (1851 - 1854).
Dalam buku System of  Positive Politics, sifat tulisan Comte umumnya berubah secara menyolok setelah menjalin kasih dengan Clotilde, buku ini menjadi sebuah bentuk perayaan atas cinta. Karena dimaksudkan untuk mengenang Clotilde, buku ini didasarkan pada gagasan bahwa kekuatan yang sebenarnya mendorong orang dalam kehidupannya adalah perasaan, bukan pertumbuhan intelegensia. Agama humanis Comte merupakan satu gagasan utopis untuk mereorganisasi masyarakat secara sempurna.sosiologi akan menjadi ratu ilmu pengetahuan, hal itu memungkinkan satu penjelasan tentang kemajuan pengetahuan manusia secara komperhensif dan mengenai hukum – hukum keteraturan dan kemajuan sosial. Hal itu mendorong suatu sistem moral yang merangkul semuanya, yang akan mempersatukan semua orang dalam penyembahan terhadap humanis dan menjamin keteraturan sosial yang perlu untuk kemajuan selanjutnya.
Comte bersama ahli-ahli bidang lainnya yang sepakat dengan pemikirannya menjadi perangkat institusi keagamaan yang dibuatnya dan mulai mensosialisasikan kepada kalangan elit-elit politik, Comte mengarang buku kembali dan diberikan judul Positivist Catechism dan Appeal to Conservatives. Comte dengan konsistensinya mensosialisasikan agama humanitas-nya dan hukum tiga tahap yang memaparkan perkembangan kebudayaan manusia hingga akhir hayatnya, Comte meninggal di Paris pada tanggal 5 September 1857.
  Pemikiran-Pemikiran August Comte
Pada abad ke 19, Prancis mengalami perubahan sosial yang signifikan setelah pecahnya revolusi Prancis. Comte mengemukakan kekhawatirannya terhadap gejala sosial yang terjadi. Perubahan mendasar dari revolusi Prancis adalah munculnya demokrasi di Prancis, namun selain perubahan positif ini revolusi juga mendatangkan konflik antar kelas di dalam masyarakat. Dilatarbelakangi peristiwa inilah ia membayangkan suatu ilmu yang berdiri sendiri dan penelitian tersebut harus berdasarkan pada metode – metode ilmiah. Saat itu Comte membayangkan suatu penemuan hukum – hukum fisik yang dapat mengatur gejala – gejala sosial. Comte kemudian menamakan ilmu ini sosiologi. Dalam pemikirannya Comte lebih memusatkan perhatiannya pada tingkat kultural kenyataan sosial, ia percaya bahwa pola pikir suatu masyarakat sejalan dengan tingkat intelektualnya. Comte memahami bahwa begitu intelektualkita bertambah,maka masyarakat itu akan maju.
Comte bukan hanya melakukan penelitian-penelitian atas penjelasan-penjelasan yang perlu dirombak karena tidak sesuai dengan kaidah keilmiahan Comte tetapi layaknya filsuf lainnya, Comte selalu melakukan kontemplasi juga guna mendapatkan argumentasi-argumentasi yang menurutnya ilmiah. Dan, dari sini Comte mulai mengeluarkan agitasinya tentang ilmu pengetahuan positiv pada saat berdiskusi dengan kaum intelektual lainnya sekaligus 
Asumsi-asumsi ilmu pengetahuan positiv itu sendiri, antara lain : Pertama, ilmu pengetahuan harus bersifat obyektif (bebas nilai dan netral) seorang ilmuwan tidak boleh dipengaruhi oleh emosionalitasnya dalam melakukan observasi terhadap obyek yang sedang diteliti. Kedua, ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali. Ketiga, ilmu pengetahuan menyoroti tentang fenomena atau kejadian alam dari mutualisma simbiosis dan antar relasinya dengan fenomena yang lain.
Bentangan aktualisasi dari pemikiran Comte, adalah dikeluarkannya pemikirannya mengenai “hukum tiga tahap” atau dikenal juga dengan “hukum tiga stadia”. Hukum tiga tahap ini menceritakan perihal sejarah manusia dan pemikirannya sebagai analisa dari observasi-observasi yang dilakukan oleh Comte.
Versi Comte tentang perkembangan manusia dan pemikirannya, berawal pada tahapan teologis dimana studi kasusnya pada masyarakat primitif  yang masih hidupnya menjadi obyek bagi alam, belum memiliki hasrat atau mental untuk menguasai (pengelola) alam atau dapat dikatakan belum menjadi subyek. Fetitisme dan animisme merupakan keyakinan awal yang membentuk pola pikir manusia lalu beranjak kepada politeisme, manusia menganggap ada roh-roh dalam setiap benda pengatur kehidupan dan dewa-dewa yang mengatur kehendak manusia dalam tiap aktivitasnya dikeseharian. Contoh yang lebih konkritnya, yaitu dewa Thor saat membenturkan godamnyalah yang membuat guntur terlihat atau dewi Sri adalah dewi kesuburan yang menetap ditiap sawah. Beralih pada pemikiran selanjutnya, yaitu tahap metafisika atau nama lainnya tahap transisi dari buah pikir Comte karena tahapan ini menurut Comte hanya modifikasi dari tahapan sebelumnya. Penekanannya pada tahap ini, yaitu monoteisme yang dapat menerangkan gejala-gejala alam dengan jawaban-jawaban yang spekulatif, bukan dari analisa empirik. “Ini hari sialku, memang sudah takdir !”, “penyakit AIDS adalah penyakit kutukan!”, dan lain sebagainya, merupakan contoh dari metafisika yang masih ditemukan setiap hari. Tahap positiv, adalah tahapan yang terakhir dari pemikiran manusia dan perkembangannya, pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal budi berdasarkan hukum-hukumnya yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan atas cara empiris. Penerangan ini menghasilkan pengetahuan yang instrumental, contohnya, adalah bilamana kita memperhatikan kuburan manusia yang sudah mati pada malam hari selalu mengeluarkan asap (kabut), dan ini karena adanya perpaduan antara hawa dingin malam hari dengan nitrogen dari kandungan tanah dan serangga yang melakukan aktivitas kimiawi menguraikan sulfur pada tulang belulang manusia, akhirnya menghasilkan panas lalu mengeluarkan asap.
Auguste Comte adalah, manusia yang berjalan di tengah-tengah antara ideologi yang berkembang ( progressiv vs konservatif ), berada pada ruang abu-abu ( keilmiahan ilmu pengetahuan ). Comte memberikan sumbangsih cukup besar untuk manusia walaupun, ilmu pengetahuan yang dibangun merupakan ide generatif dan ide produktifnya. Comte turut mengembangkan kebudayaan dan menuliskan : “Sebagai anak kita menjadi seorang teolog, sebagai remaja kita menjadi ahli metafisika dan sebagai manusia dewasa kita menjadi ahli ilmu alam”.

IBNU KHALDUN

Ibn Khaldun, seorang filsuf sejarah yang berbakat dan cendekiawan terbesar pada zamannya, salah seorang pemikir terkermuka yang pemah dilahirkan. Sebelum Khaldun, sejarah hanya berkisar pada pencatatan sederhana dari kejadian-kejadian tanpa ada pembedaan antara yang fakta dan hasil rekaan. Sebagai pendiri ilmu pengetahuan sosiologi, lbn Khaldun secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata. Seorang kritikus Barat terkemuka mengatakan, "Tak ada satu pun dalam perbendaharaan sastra Kristen dari masa Abad Pertengahan yang pantas disejajarkan dengan sejarahnya lbn Khaldun dan tak satu pun sejarawan Kristen yang menulis sebuah versi dengan begitu gamblang dan tepat mengenai negara Islam."
Nenek moyang lbn Khaldun mungkin berasal dari golongan Arab Yaman di Hadramaut, tapi ia dilahirkan di Tunis pada tanggal 27 Mei 1332 M. Di situlah keluarganya menetap setelah pindah dari Spanyol Moor. Khaldun memiliki karier bermacam-macam pada masa mudanya. Secara aktif dia ambil bagian dalam kancah politik yang penuh intrik di kerajaan-kerajaan kecil di Afrika Utara. Secara bergantian dialaminya masa-masa menyenangkan atau pun celaka karena ulah penguasa, dan ada saat-saat di mana terpaksa ia bersembunyi di Granada yang jauh. Semangat revolusionernya tumbuh karena kemuakan akan politik yang kotor pada masa-masa itu sehingga membuatnya mundur sebentar selama kurang lebih empat tahun di pinggiran Kota Tunis. Di tempat itu ia menyelesaikan Muqaddimah, tahun 1377 M. Kemudian pindah ke Tunis untuk menyelesaikan karyanya yang monumental, Kitab al-l'bar (Sejarah Dunia), dengan perolehan bahan-bahan dari perpustakaan kerajaan. Setelah menjalani hidup penuh petualangan di Afrika Utara, pemikir besar ini kemudian berlayar ke negeri Mesir tahun 1382 M.
Sebelum ia menginjakkan kaki di tanah Mesir, ternyata karyanya sudah sampai terlebih dahulu di sana, karenanya ia disambut meriah oleh kalangan sastrawan di Kairo. Tidak lama kemudian, datang undangan untuk berceramah di Masjid al-Azhar yang tersohor itu, lalu diterima oleh Raja Mesir dan mengangkatnya sebagai Hakim Maliki. Tapi jabatan ini menimbulkan intrik dan persaingan di Istana sehingga terpaksa dilepaskan. Namun Raja mengangkatnya lagi sampai enam kali, meskipun setiap kali ia harus tergeser.
Di negerinya yang baru itu lbn Khaldun memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan Tamerlane (Tmiurlenk) setelah Syria diserbu dan diadakan perjanjian perdamaian dengan Raja Mesir. Timurlenk terkesan sekali akan kepandaian dari kefasihan lbn Khaldun, tokoh yang naeninggal tahun 1406 M. lbn Khaldun telah memperoleh tempat tersendiri di antara para ahli filsafat sejarah. Sebelum dia, sejarah hanyalah sekadar deretan peristiwa yang dicatat secara kasar tanpa membedakan mana yang fakta dan mana pula yang bukan fakta. lbn Khaldun sangat menonjol di antara sejarawan lainnya, karena memperlakukan sejarah sebagai ilmu, tidak hanya sebagai dongeng. Dia menulis sejarah dengan metodenya yang baru untuk menerangkan, memberi alasan, dan mengembangkannya sebagai sebuah filsafat sosial. Ketika menerangkan tentang seni menulis sejarah, lbn Khaldun berkata dalam bukunya Muqaddimah, "Hanya dengan penelitian yang saksama dan penerapan yang terjaga baik kita bisa menemukan kebenaran serta menjaga diri kita sendiri dari kekhilafan dan kesalahan. Kenyataannya, jikalau kita hanya ingin memuaskan diri kita dengan membuat reproduksi dari catatan yang diwariskan melalui adat isdadat atau tradisi tanpa mempertimbangkan aturan-aturan yang muncul karena pengalaman, prinsip-prinsip yang mendasar dari seni memerintah, alam, kejadian-kejadian, dan budaya di suatu tempat atau pun hal-hal yang membentuk ciri masyarakat: jikalau kita tidak mau menimbang berbagai peristiwa yang terjadi jauh di masa lalu dengan perisdwa-peristiwa yang terjadi di depan mata kita; jikalau kita tidak mau membandingkan yang lalu dengan saat ini, maka akan sulit bagi kita untuk bisa menghindari kesalahan dan tersesat dari jalan kebenaran."

Sebagai pelopor sosiologi, sejarah filsafat, dan ekonomi politik, karya-karyanya memiliki keaslian (keorisinilan) yang menakjubkan. "Kitab al-l'bar" termasuk al-Taarif adalah buku sejarahnya yang monumental, berisi Muqaddimah serta otobiografinya. Bukunya dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertamanya terkenal dengan sebutan Mukaddimah. Bagian ini membicarakan perihal masyarakat, asal-usulnya, kedaulatan, lahirnya kota-kota dan desa-desa, perdagangan, cara orang mencari nafkah, dan ilmu pengetahuan. Bagian ini merupakan bagian yang terbaik dari bukunya di mana si penulis sampai pada puncak kreativitasnya, meninjau subyek-subyek yang berbeda seperti ekonomi politik, sosiologi dan sejarah secara orisinil dan memikat. Beberapa hal yang dibicarakan dalam Muqadimah juga dibicarakan oleh pendahulu-pendahulunya. Akan tetapi lbn Khaldun membicarakannya dengan bentuk-bentuk yang lebih logis buat teori-teorinya.
Pernyataan Farabi mengenai asal-usul kota dan desa-desa hanya merupakan teori belaka, sedangkan lbn Khaldun melihatnya dari sudut pandangan sosial. Menurut lbn Khaldun, ilmu pengetahuan al-Umran atau sosiologi tidak pernah ada sebelumnya. Sosiologi hanya dibicarakan secara tidak mendalam dalam "Politik "-nya Aristoteles. Tulisan yang menarik dalam Mukadimah adalah teori tentang al-Asabiyah yang membicarakan perihal keningratan serta pengaruh-pengaruh garis keturunan di antara suku-suku nomad (pengembara).
Bagian ketiga, membicarakan negara dan kedaulatan serta merupakan isi terbaik dari buku ini. Dalam bagian ini si pengarang mengemukakan teori-teori politiknya yang maju, yang mempengaruhi karya-karya para pemikir politik terkemuka sesudahnya, seperti Machiavelli dan Vico. Karya Machiavelli, Pangeran, yang ditulis ketika masa pergolakan di Italia, seratus tahun kemudian, mirip sekali dengan Mukadimah. Dan mungkin sekali penulis Italia tersebut telah meminjam beberapa gagasan dari buku lbn Khaldun. Prof. Gumplowicz mengatakan, "Pada tingkat apa pun, prioritas haruslah diberikan pada ahli sosiologi Arab ini, yakni, yang berkenaan dengan pikiran yang diketengahkan Machiavelli kepada penguasa-penguasa dalam bukunya Pangeran, seratus tahun kemudian. Colosia berkata, "Jikalau orang Florence ini memberikan instruksi kepada kita mengenai seni memerintah rakyat, dia melakukannya sebagai seorang politikus yang berpandangan jauh. Tetapi orang Tunisia itu (lbn Khaldun) mampu menembus ke dalam fenomena sosial sebagai filsuf dan ahli ekonomi yang dalam ilmunya. Inilah sebuah fakta yang mendorong kita untuk melihat karya-karyanya sebagai seni, yang berpandangan jauh dan kritis, sesuatu yang sama sekali tidak pernah dikenal pada masa hidupnya itu."Kesukaan lbn Khaldun untuk selalu mengadakan penyelidikan itu diimbangi dengan bakatnya yang luar biasa. la menyimpulkan perihal "kualitas seorang penguasa" dengan kata-kata sebagai berikut, "Penguasa itu ada untuk kebaikan rakyatnya. Kebutuhan akan adanya penguasa itu timbul dari kenyataan bahwa manusia haruslah hidup bersama, dan tanpa seorang yang menjaga ketertiban, maka masyarakat akan pecah berantakan."
Bagian kedua Kitab-al-l'bar, terdiri dari empat jilid, yakni yang kedua, ketiga, keempat, dan kelima, membicarakan sejarah bangsa Arab dan orang-orang Muslim lainnya dan juga dinasti-dinasti pada masa itu, termasuk dinasti-dinasti Syria, Persia, Seljuk, Turki, Yahudi, Yunani, Romawi, dan Prancis. Karya sejarahnya yang sebenarnya mulai dari jilid kedua, yang membicarakan orang-orang Yahudi, Yunani, Romawi, dan Persia pada masa pra-lslam. Kedatangan Islam, kehidupan Nabi dan sejarah Khalifah ar-Rasyidun ditulis pada suplemen khusus jilid kedua. Jilid ketiga membahas secara mendetail kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah. Yang keempat berisi sejarah kaum Fadmiyah di Mesir dan orang-orang Moor di Spanyol sampai pada masa kekuasaan Seljuk, Perang Sabil, dan sejarah dinasti Mamluk di Mesir sampai pada akhir abad ke-8 Hijriyah. Sumber-sumber yang dipakai dalarn jilid ini mungkin bisa dilacak sampai pada karya-karya sejarah lbn Hasham, Mas'udi, dan Tabari.
Bagian ketiga Kitab-al-1'bar, terdiri dari dua jilid, yakni yang keenam dan ketujuh, dengan jelas membicarakan sejarah bangsa Barbar dan suku-suku tetangganya, serta berisi pula otobiografi si pengarang yang dinamakan Al-Taafi. Sejarah kaum Barbar menggambarkan secara terinci asal-usul mereka, kebesaran, kerajaan dan dinasti-dinasti di Afrika Utara. Dengan bekal pengetahuan yang diperoleh dari tangan pertama mengenai daerah tersebut serta penduduknya, si pengarang telah berhasil membicarakan pokok-pokok telaahnya itu dengan begitu hebat. Pembicaraannya sangat tepat dan faktual. lbn Khaldun telah memperkcil kehebatan prestasi orang Arab, baik dalam wilayah taklukannya maupun dalam ilmu pengetahuan. Di pihak lain dia besarkan "mutu" orang Barbar. Bagian keenam, merupakan bagian terbesar dari jilid yang ketujuh, membicarakan sejarah kaum Barbar.

Kitab-al-l'bar ditutup dengan beberapa bab mengenai kehidupan si pengarang dan dikenal dengan nama al-Taarfi (otobiografi. Riwayat hidup ini dimulai dengan kelahirannya dan diteruskan sampai tahun 797 Hijriyah). Ada kutipan lain dari al-Taarfi yang tersimpan baik di Mesir. Kutipan ini menceritakan kejadian-kejadian dalam hidupnya sampai beberapa bulan sebelum ajalnya tiba. lbn Khaldun telah menerapkan suatu metode yang lebih ilmiah dalam penyusunan otobiografi, terpisah dalam bab-bab tapi saling berhubungan satu sama lain.
Sebelum dia, otobiografi biasanya ditulis dalam bentuk buku harian berisi peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya satu sama lainnya. lbn Khaldun adalah yang pertama kali menulis otobiografi yang panjang tetapi sistematik. Para pendahulunya, seperti al-Khatib dan al-Suyuti menulis otobiografinya secara pendek, bersifat formal dan hambar. Sedang milik lbn Khaldun merupakan sebuah pengakuan jujur mengenai perbuatan-perbuatan maupun kesalahan-kesalahan dari sebuah pribadi yang dinamik, yang diketengahkan dengan bahasa yang amat menarik. Si pengarang telah menggambarkan kariernya dengan keterusterangan yang istimewa dan penuh kebebasan. Inilah yang menyebabkan mengapa otobiografinya menjadi karya paling menarik serta mengesankan. Kekhilafan moral bukanlah hal yang luar biasa dalam pribadi-pribadi yang besar, dan karena itu, jika dilihat prestasi mereka, secara keseluruhan tidaklah berarti. Al-Taarif mungkin bisa dengan leluasa dibandingkan dengan otobiografinya Benvenutti Cellini, seniman Italia terkernuka. Keduanya sama-sama terbuka.
Baru pada abad ke-19, setelah buku-bukunya diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa Eropa, baru memberi kemungkinan kepada orang Barat untuk mengakui kebesaran sejarawan ini dan menghargai orisinalitas pikiran-pikirannya. Dr. Boer menulis,"lbn Khaldun, tak pelak lagi, adalah orang pertama yang mencoba menerangkan dengan lengkap evolusi dan kemajuan suatu kemasyarakatan, dengan alasan adanya sebab-sebab dan faktor-faktor tertentu, iklim, alat produksi, dan lain sebagainya, serta akibat-akibatnya pada pembentukan cara berpikir manusianya dan pembentukan masyarakatnya. Dalam derap majunya peradaban, dia mendapatkan keharmonisan yang terorganisasikan dalam dirinya sendiri."
Dengan demikian, Barat yang di-"buka" sangatlah berutang budi pada orang Tunisia yang cendekia ini, karena bimbingan yang diberikannya dalam bidang sosiologi itu. Juga ekonomi serta sejarah telah membuka jalan bagi perkembangan berikutnya dari ilmu-ilmu tersebut. 


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Yan_Mu_Ra - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -