Popular Post

Posted by : Unknown Senin, 06 April 2015



BAB I
DESKRIPSI

A.    PENGERTIAN PENELITIAN METODE DESKRIPTIF
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti setatus sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistempikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode penelitian deskriptif karena penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh jawaban yang terkait dengan pendapat, tanggapan atau persepsi seseorang sehingga pembahasannya harus secara kualitatif atau menggunakan uraian kata-kata. Penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas, objek, proses, dan manusia.
Menurut Hidayat syah penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu.  Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk  menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.  Hal senada juga dikemukakan oleh Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.  
Sukmadinata (2006:72) menjelaskan  Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.
Penelitian deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau setandar-setandar, sehingga penelitian deskriptif ini disebut juga survey normative. Dalam metode deskriptif dapat diteliti masalah normative bersama-sama dengan masalah setatus dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau  penelitian deskriptif. Prespektif waktu yang dijangkau dalam penelitian deskriptif , adalah waktu sekarang, atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden.
Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data, tapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena atau gejala dengan fenomena atau gejala lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan hubungan kedudukan satu unsur dengan unsur yang lain.
Contoh permasalahan penelitian yang tergolong penelitian deskriptif seperti : “Bagaimanakah gambaran kebiaasaan membaca di kalangan mahasiswa ?”, “ Bagaimanakah gambarn jumlah putus sekolah di tingkat sekolah dasar ?”, “Bagaimanakah gambaran pelaksanaan sistem kredit semester di perguruan tinggi ?”.
Penelitian deskriptif memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Memusatkan penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau masalah yang dihadapi pada masa sekarang.
2.      Data yang telah dikumpulkan disusun dan dijelaskan, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analitik.
3.      Menjelaskan setiap langkah penelitian secara teliti dan terperinci, baik mengenai dasar-dasar metodologi maupun mengenai detail teknik secara khusus.
4.      Menjelaskan prosedur pengumpulan data, serta pengawasan dan penilaian terhadap data itu.
5.      Memberi alasan yang kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya.
Penelitian deskriptif memiliki keunikan sebagai berikut :
1.      Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
2.      Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai.
3.      Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.

B.     JENIS-JENIS PENELITIAN DESKRIPTIF
1.      Studi Kasus
Suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan jadikan suatu hal yang bersfat umum. Pada mulanya, studi kasus ini banyak digunakan dalam penelitian obat-obatan dengan tujuan diagnosis, tetapi kemudian penggunaan studi kasus telah meluas sampai kebidang-bidang lain.
Hasil dari penelitian kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergantung dari tujuannya, ruang lingkup dari studi dapat mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus kehidupan dari individu, kelompok, dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap faktor-faktor kasus tertentu, atau meliputi keseluruhan factor-faktor dan fenomena-fenomena. Stadi kasus lebih menekankan mengkaji vairabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. Ini berbeda dengan metode survei, dimana peneliti cenderung mengevaluasi variabel yang lebih sedikit, tetapi dengan unit sample yang relatif besar.
Studi kasus banyak dikerjakan untuk meneliti desa, kota besar, sekelompok manusia drop out, tahanan-tahanan, pimpinan-pimpinan, dan sebagainya. Jika stadi kasus ditujukan untuk menliti kelompok, maka perlu dikisahkan atau diisolasikan kelompok-kelompok dalam onggokan yang homogen.
Studi kasus banyak kelemahan disamping adanya keunggulan-keunggulan. Studi kasus mempunyai kelemahan karena anggota sampel yang terlalu kecil, sehingga sulit dibuat inferensi kepada populsi. Disamping itu, studi kasus sangat dipengaruhi oleh pandangan subjektif dalam pilihan kasus karena adanya sifat khas yang dapat saja terlalu dibesar-besarkan. Kurangnya objektifitas, dapat disebabkan karena kasus cocok benar dengan konsep yang sebelumnya telah ada pada si peneliti, ataupun dalam penetapan serta pengikutsertaan data dalam konteks yang bermakna yang menjurus pada interprestsi subjektif.
Studi kasus mempunyai keunggulan sebagai suatu studi untuk mendukung studi-studi yang besar di kemudian hari. Studi kasus mendukung studi-studi yang besar di kemudian hari studi kasus dapat memberikan hipotesis-hipotesis untuk penelitian lanjutan. Dari segi edukatif, maka studi kasus dapat digunakan sebagai contoh ilustrasi baik dalam perumusan masalah, penggunaan statistik dalam menganalisis data serta cara-cara perumusan generalisasi dan kesimmpulan
Contoh studi kasus tentang anak-anak yang tidak dapat menguasai teknik membaca karena jenis-jenis sebab. Penelitian yang memakan waktu dua tahun, secara mendetail telah mempelajari hal-hal berikut.
·         Menentukan sejarah dari sekolah dan rumah tangga sang anak.
·         Menentukan setatus sekarang dari anak.
·         Mengadakan diagnosis terhadap kesukaran-kesukaran membaca sang anak
·         Menentukan sebab musabab si anak mempunyai kekurangan-kekurangan dalam membaca.
·         Mengukur dari hasil pengajaran.

2.      Survei
            Studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata.
            Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Metode survey membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atanu unit, baik secara sensus atau dengan mengunakan sample. Unit yang digunakan dalam metode survei cukup besar.
            Contoh kasus, Kinsey, et al., (1948) dalam penelitian mereka mengenai tinggah laku seksual di Amerika Seriakat telah menggunakan sample dengan 12 ribu orang anggota sample. Banyak sekali masalah dapat diteliti dengan mengunakan metode survey, termasuk bidang produksi dan tata niaga (survey produksi dan tata niaga ), usaha tani(surve usaha tani), masalah kemasyarakatan (survey sosial), masalah komunikasi daan pendapat umum (survei pendat umum), masalah politik (survey politik), masalah pendidikan (survey pendidikan dan persekolahan), dan sebagainya.

3.      Studi Perkembangan
Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan metode cross-sectional.  

4.      Metode Deskriptif  Berkesinambungan
Metode deskriptif berkesinambungan (continuity descriptive research), adalah kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus menerus atas suatu objek penelitian. Sering kali dilakukan dalam meneliti masalah-masalah sosial. Pengetahuan yang lebih menyeluruh dari masalah serta fenomena dan ketentuan-ketentuan sosial dapat diperoleh jika hubungan-hubungan fenomena dikaji dalam suatu interval perkembangan dalam suatu periode yang lama. Dengan memperhatikan secara detail perubahan-perubahan yang dinamis dalam suatu interval tertentu, maka generalisasi suatu situasi atau fenomena secara dinamis dapat dibuat. Meneliti yang berkehendak menjangkau informasi factual yang mendetail secara interval dinamakan penelitian deskriptif berkesinambungan. Jika perhatian dipusatkan kepada perubahan-perubahan prilaku atau pandangan, maka teknik dalam meneliti dinamakan teknik panel. Teknik ini berupa wawancara dengan kelompok-kelompok manusia yang sama pada situasi yang berbeda. Informasi yang diinginkan bisa saja kuantitatif , seperti jumlah konsumsi, anggaran belanja keluarga, dan sebagainya.
Penggunaan metode deskriptif berkesinambungan lebih popular dalam mengkaji masalah sosial. Misalnya, Whitney dan Milholland (1930) mempelajari status akademis dari mahasiswa tingkat persiapan dari Colorado State Colege of Education pada tahun 1930. Penelitian dilakukan dalam waktu empat tahun, dengan menlurusi status akademis sejak tingkat persiapan sampai dengan lulus sarjana muda.

  1. Studi atau Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawab secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinnya atau munculnya suatu fenomena tertentu. Jangakauan waktu adalah masa sekarang, karena jika jangkauan waktu terjadinya adalah masa lampau, maka penelitian tersebut termasuk dalam metode sejarah.
Studi komparatif banyak sekali dilakukan jika metode eksperimental tidak dapat diperlukan. Bidang studi mencakup penghiduupan kota dan desa, dengan membandingkan pengaruh sebab akibat dari makanan, rekreasi, waktu kerja, ketenangan kerja, dan sebagainnya. Penelitian komperatif dapat dilakukan untuk mencari pola tingkahlaku serta prestsi belajar dengan membedakan unsur waktu masuk sekolah, dan lain-lain.
Metode penelitian komparatif adalah bersifat ex post facto. Artinya, data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia.

  1. Penelitian  Analisis Kerja dan Aktivitas
Analisis Kerja dan Aktivitas (job and activity analysis), merupakan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian itu ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia. Dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang. Penenlitian perkejaan di bidang industri dinamakan job analysis (analisis pekerjaan), sedangkan penelitian di bidang pertanian , disebut analisis aktivitas (activity analysis). Analisis aktivitas juga mencakup analysis pekerjaan dibidang jasa, seperti pendidikan, peleyanan kesehatan, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, studi yang mendalam dilakukan terhadap kelakuan-kelakuan pekerjaan, buruh, petani, guru, dan lain-lain terhadap gerak-gerik mereka dalam melakukan tugas, penggunaan waktu secara efisien dan efektif, dan sebagainya. Data mengenai hal-hal yang ini diselidiki, kemudian dianalisis, diberikan interpretasi, dan diadakan generalisasi dalam rangka menetapkan sifat-sifat dan keriteria-keriteria pekerjaan yang baik.

  1. Studi Waktu dan Gerak
Studi Waktu dan gerak (time and motion study) adalah penelitian dengan metode deskriptif yang berusaha untuk menyelidiki efisien produksi dengan mengadakan studi yang mendetail tentang penggunaan waktu serta perilaku pekerja dalam proses produksi. Gerak-gerak utama dalam pekerjaan diamati, dicatat, dilukiskan, serta dianalisis. Generalisasi dan interpretasi tentang waktu yang digunakan serta gerak-gerak utama yang terjadi, sehingga suatu kesimpulan tentang gerak-gerak yang diperlukan dalam pekerjaan, gerak-gerak yang tidak diperlukan yang dapat menghambat pekerjaan serta saran-saran dalam rangka memperbaiki pekerjaan dan menambah efisiensi kerja. Dalam rangka efisisensi, juga perlu dikaji alat-alat produksi yang digunakan, serta bagaimana alat-alat produksi tersebut diatur demi peningkatan efisisensi kerja.

  1. Analisa Tingkah Laku
Teknik ini banyak persamaannya dengan studi gerak manusia. Dalam hal ini, gerak-gerik atau lebih luas ;agi tingkah laku manusia dalam melakukan suatu tugas dengan tanggungjawab tertentu diamati dan dianalisa. Ini berguna untuk menetapkan kriteria penilaian pekerjaan yang baik, untuk menyusun rencana-rencana latihan atau untuk memberi keseimbangan antara pekerjaan yang diberikan dengan upah yang diterima oleh setiap petugas.
  1. Analisa Kuantitatif
Dalam pembicaraan mengenai pengertian metode historik yang sehubungan dengan penyelidikan dokumenter telah disinggung bahwa penyelidikan dokumenter yang kurang tepat dimaksudkan dalam kategori metode historik. Bahagian yang dimaksud adalah lebih tepat disebut analisa kuantitatif. Dengan analisa ini akan diperoleh gambaran sistematik mengenai isu suatu dokumen. Dokumen tersebut diteliti isinya, kemudian diklasifikasikan menurut kriteria atau pola terntentu, dan dianalisa atau dinilai. Biasanya penyelidikan ini menitikberatkan pengumpulan data pada data yang dikuantifikasi, misalnya dengan menghitung frekuensi, perbandingan atau intensitas faktor tertentu yang terdapat dalam dokumen. Yang lazim diteliti dengan  penilitian ini adalah buku-buku, surat-surat penting, sylabus, alat penerangan berupa gambar, rekaman suara, film, karangan, dan sebagainya.
  1. Studi Operasional
Hasil dari penyelidikan ini dipakai untuk pedoman kerjasama atau penyelidikan ini banyak dilakukan melalui kerjasama antara ahli-ahli peneyelidik profesional dengan pelaksana-pelaksana dari praktek. Studi ini baru berkembang pada seperempat abad terakhir dan dilakukan terutama di bidang pendidikan dan kemasyarakatan. Pada dasarnya studi ini adalah penyelidikan di tengah-tengah situasi yang riil dalam mencari dasar bagi petugas-petugas untuk bertindak (operasi, aksi) mengatasi suatu kebutuhan praktis yang mendesak.

  1. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN DESKRIPTIF
Penelitian deskriptif mempunyai langkah-langkah penting sebagai berikut :
1.      Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
2.      Menentuan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
3.      Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk didalamnya daerah geografis dimana penelitian akan dilakukan, batasan-batasan kronologis ukuran tentang dalam dangkal, serta seberapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau.
4.      Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunan dalam bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangkan analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika.
5.      Menulusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.
6.      Merumuskan hipotesis-hipotesis yang diuji, baik secara emplisit maupun secara implicit.
7.      Melakukan kerja lapangan untuk megumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
8.      Membuat tabulasi serta analisis statistic dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran  yang sepadan.
9.      Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta refrensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
10.  Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.







BAB II
ANALISIS PENELITIAN DESKRIPTIF
            Dalam metode deskriptif dapat diteliti masalah normative bersama-sama dengan masalah setatus dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data, tapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut.
Penelitian deskriptif (descriptive research) biasanya juga disebut penelitian taksonomik (taxonomic research). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasikan dan mengklarifikasikan mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Jenis penilitian ini tidak sampai mempersoalkan hubungan antarvariabel yang ada:tidak dimaksudkan untuk menarik generasi yang menjelaskan variable-variabel anteseden yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial. Oleh karena itu, penelitian deskriptif tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis (seperti yang dilakukan penelitian eksplanasi);berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan teori tersebut. Dalam pengolahan dan analisi data; lazimnya menggunakan pengolahan statistic yang bersifat deskriptif (statistic descriptive).
Contoh permasalahan penelitian yang tergolong penelitian descriptive, antara lain : “Bagaimana gambaran kebiasaan membaca dikalangan Mahasiswa?”, ”Bagaimana gambaran jumlah putus sekolah ditingkat Sekolah Dasar?”, ”Bagaimanakah gambaran pelaksanaan sistem kredit semester di Perguruan Tinggi?”, “Bagaimanakah gambaran jenis barang dagangan dan jumlah jam kerja para pedagang kaki lima?”, “Apa saja alasan yang diajukan Orang tua yang memilih Madrasah sebagai tempat sekolah anaknya?”, “Bagaimana gambaran usia, jumlah tanggungan, dan besar penghasilan harian tukang becak?”, dan permasalahan lain yang serupa. Pada permasalahan yang dicontohkan l, hasil penelitiannya hanyalah berupa deskripsi mengenai variable-variabel tertentu, dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata, atau kualitatif lainnya untuk masing-masing kategori divariabel tertentu.
Beberapa jenis-jenis penelitian deskriptif yaitu studi kasus (memberikan gambaran secara mendetail latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan jadikan suatu hal yang bersfat umum), survey (merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya), .studi perkembangan, Metode deskriptif  berkesinambungan, studi atau penelitian komperatif, penelitian  Analisis kerja dan aktivitas, dan studi waktu gerakan. Penelitian deskriptif memiliki beberapa langkah sebagai berikut,Pertama memilih dan merumuskan masalah, kedua menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan, ketiga memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan dilaksanakan, keempat rumusan kerangka teori atau kerangka konseptual, kelima menelusuri sumber-sumber kepustakaan, keenam merumuskan hipotesis-hipotesis yang diuji, ketujuh melakukan kerja lapangan untuk megumpulkan data, kedelapan membuat tabulasi serta analisis statistic, kesembilan memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial, dan selanjutnya mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis.














BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis, fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Penelitian deskriptif memiliki keunikan sebagai berikut :
  1. Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
  2. Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai.
  3. Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.












DAFTAR PUSTAKA
Buku
Faisal Sanapiah. 2010.Format-Format Penelitian Sosial . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Nazir, moh. Metode penelitian. Ghalia Indonesia. 2005
Surakhmad, Winarno. 2004. Pengantar Penelitian Penelitian Penelitian Ilmiah – Dasar Metoda Teknik. Bandung : PT. Tarsito Bandung.
Website

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Yan_Mu_Ra - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -